IDEAtimes.id, OPINI – Antara pertengahan April 2015 dan awal Desember 2020, saya membaca sekitar misteri, sensasi dan romansa: semuanya tentang catatan seorang tokoh Politik Kabupaten bulukumba yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bulukumba dari Partai Gerindra
Satu Carita yang sangat menarik bagi saya adalah Sosok H Patudangi oleh Beberapa Kandidat Di Pemiluka 2020. Saya membaca ini karena mereka adalah salah paket set teks saya untuk opini catatan dalam perjalanan Pemilukada Kabupaten. Bulukumba.
Sebuah adaptasi pencapaian dari Jejak Patudangi sebagai Ketua Tim Pemenangan, seluruh konsep dan tara kelolanya adalah romansa psikologis dengan meninggalkan misteri yang menghantui dan sensasi alur cerita yang mengejutkan.
Ditulis setelah menyadari bahwa saat ini, Patudangi dikabarkan di daulat kembali sebagai Ketua Tim Pasangan Calon Andi Muchtar Ali Yusuf bersama Andi Edy Manaf, posisi ini tersorot dari sudut pandang seorang Ketua Tim yang akan menghadapi dan bertemu H Askar HL, Seorang Pengusaha yang saat ini adalah Ketua Partai PPP kabupaten Bulukumba, yang saat 5 Tahun lalu sebagai kandidat pesaing yang dikalahkan oleh H Patudangi.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa H Askar saat ini kembali tercatat sebagai kandidat di Pemilukada 2020. Kekalahan 2 kali di Pemilukada, dan Lima Tahun Lalu , dengan sangat dramatis kalah dari Patudangi yang saat itu menjadi tokoh kunci penangan Andi Sukri – TSY
Sang penulis jatuh cinta pada Sosok ini dan, meskipun masa lalunya gemilang, saat ini kembali memasuki dan ditantang untuk tampil mempesona karna saat ini satu lagi kandidat di Pemilukada 2020 yang mesti di jelajahinya. Adalah Tomy Satria Yulianto, Kandidat kepala Daerah yang 5 tahun lalu beliau menangkan.
Di Pilkada 2020, baik H Askar Ataupun TSY keberadaannya di Pemilukada ini akan selalu dibandingkan dan di simulasikan dengan keberadaan Patudangi di Pilkada dengan Kandidat unggulannya adalah Andi Muchtar Ali Yusuf.
Romansa Pemilukada yang dimulai Dengan menghadapi Kandidat yang di Kalahkannya 5 tahun lalu, bersama Satu Lagi Kandidat yang di Menangkannya 2015. Sebagai seorang Politisi, ‘Patudangi de Winter ‘ berjuang untuk menyesuaikan diri dengan cara kerja politik baru yang lebih istimewa dan untuk menemukan identitasnya sendiri, warisan pemenang.
Bagaimana sensasi Pemilukada ini diungkap, menjadi jelas bahwa Patudangi tidak selihai 2015 dan sebaik yang orang-orang yakini, dan kerena itu saat ini adalah beliau terlihat sebagai Patudangi yang Istimewa dan memukau.
Disisi lain, phobia H askar HL, dan ambang batas kompetensi TSY, yang diterjemahkan dari bahasa strategis menjadi ” Patudangi akan kembali,” Catatan ini yang bersifat nubuat. Itu adalah proyeksi yang meresahkan yang ada di jantung kompetitornya, dan meskipun narator mengklaim berani bahwa Keistimewaan Patudangi ‘memahami dengan baik cara mengalahkan keandidat lainnya ,’ baik penulis sendiri maupun publik pembaca tidak akan pernah membanta nubuat ini .
Setelah membacanya, saya menyarankan untuk memelihara memori Pemilukada, dan itu sama mengerikannya dengan membaca harapan di Pemilukada 2020. Tidak ada yang lebih saya sukai selain adaptasi istimewa -ke- proyeksi yang akurat. ‘Patudangi de win’
Ada Andi Muchtar Yusuf versi 2020 yang rencananya akan dibuat seperti TSY di 2015- dan setelah merinding karena meyakini keistimewaan Patudangi, saya yakin ini akan menjadi adaptasi brilian dari cara anda memelihara harapan dan memori.
Sepanjang yang bisa saya ingat, saya selalu suka membaca dan tersesat di dunia yang sama sekali berbeda (mengapa saya cenderung berpegang pada fiksi daripada non-fiksi), dan Pemilukada 2020 tidak terkecuali. Catatan itu dengan cepat menjerat saya dalam misteri yang akan terungkap di 9 Desember 2020.
Saya merekomendasikan _Patudangi: Phobia, sensasi dan romansa dalam catatan Pemilukada Bulukumba._ ini kepada siapa saja yang menyukai misteri proyeksi yang bagus, phobia psikologis atau misteri romansa . Patudangi adalah Tokoh politik layak dan Pantas mendapatkannya.
Oleh : Yuda Baraila