IDEAtimes.id, MAKASSAR – Curah hujan tinggi selama 3 hari yang menyebabkan banjir di Kota Makassar dinilai akibat pembangunan tak berbasis lingkungan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mencatat data sementara untuk korban terdampak banjir di enam kecamatan sebanyak 3.206 jiwa dengan 37 titik pengungsian.
Anggota Komisi D DPRD Makassar, Saharuddin Said turut mengatakan sejumlah wilayah yang sebelumnya tidak pernah banjir, tahun ini ikut tergenang. Ia menilai hal ini akibat pembangunan yang semrawut.
“Pertama pembangunan yang semrawut, seperti drainase di jalan-jalan besar itu, memang kadang sebelah sini tidak diperbaiki, tapi ada jalur yang tertutup kanal yang menutip itu,” kata Saharuddin, Selasa, 7 Desember 2021.
Saharuddin juga menyangkan banyak daerah resapan air yang malah ditimbun dan dibangun perumahan.
“Ada kemungkinan daerah resapan itu tidak bersertifikat, apalagi perumahan di pinggir tol, itukan tanah garapan yang betul-betul untuk tempat penghijauan dan hutan bakau, tapi tiba-tiba ditimbun perumahan, heran saya di mana ambil izin,” terangnya.
Izin perumahan di daerah resapan, kata dia, menyebabkan terjadinya intensitas banjir di Kota Makassar bertambah parah.
“Inilah hasil dari izin-izin itu, kita dapat musibah lah, bencana lah dapat banjir itulah semua. Memang kita tidak bisa pastikan masalah banjir ini apa, tapi bisa dilihat intensitasnya tidak berkurang, malah tambah parah,” sambungnya.
Ia meminta pemerintah kota memaksimalkan penggalian drainase yang sudah mengalami sedimentasi, serta bertindak cepat dalam menanggapi laporan masyarakat.
“Ini yang kita butuhkan, agar masyarakat meraskaan betul-betul kalau pemerintah ini hadir untuk mereka,” terangnya. (*)