IDEAtimes.id, MAKASSAR – Sejumlah tokoh adat yang bermukim di kawasan pertambangan PT Vale Tbk, Luwu Timur, mengunjungi DPRD Sulawesi Selatan pekan lalu.
Kedatangan mereka diketahui untuk menyampaikan keluh kesahnya terkait PT Vale yang dianggap tidak komitmen.
Bahkan mereka juga menyampaikan soal penangkapan beberapa aktivis yang ditangkap saat melakukan demonstrasi di pintu masuk PT Vale.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi D DPRD Sulsel Rahman Pina, Rabu, (13/4/2022).
“Pekan lalu, saya bersama salah seorang anggota DPRD dapil Luwu Raya, Dr Husmaruddin, menerima aspirasi dari perwakilan anak suku adat yang berdiam di sekitar PT Vale.” ungkap Rahman Pina kepada awak media, Rabu, (13/4).
“Mereka Diantaranya To Padoe, ToKarunsie, To Tambe’e, To Taipa, Weula, To Ture’a, Bea’u, To Konde, To Timampu, dan To Pekaloa.” tambah dia.
Kata RP, kedatangan mereka sekedar ingin menyampaikan kegusaran mereka atas tidak komitmenya PT Vale terhadap mereka.
“Mereka hanya sekadar ingin menemui kami untuk menyampaikan kegusarannya atas tidak komitmennya PT Vale ke warga setempat dan penangkapan sejumlah aktivis setelah melakukan aksi demo di pintu masuk PT Vale Vale.” katanya.
Lanjut politisi Golkar ini, Salah satu dari perwakilan adat yang datang diakuinya sepanjang pertemuan, selalu meneteskan air mata.
“Bantu kami pak, sekarang warga sudah takut bicara karena ketakutan. Takut ditangkap,” imbuh RP mengulang kata yang diucapkan para tokoh adat tersebut.
“Saya kemudian mencari salah satu tokoh adat, Andi Baso, yang ikut bertanda tangan dalam berita acara 14 kesepatakan dengan Vale, tapi yang bersangkutan tak hadir.” bebernya.
Dirinya pun berharap dalam waktu dekat bisa menemui para tokoh sentral yang dihormati oleh masyarakat setempat untuk mengetahui kasus tersebut.
“Saya berharap, dalam waktu dekat bisa menemui tokoh sentral yang sangat dihormati warga setempat itu. Saya pun berharap bisa bertemu dengan sejumlah aktivis yang telah ditangkap dan sudah jadi tersangka di Polres Luwu Timur.” tandasnya. (*)