IDEAtimes.id, MAKASSAR – Elli Oschar namanya. Aktivis kepemudaan di Sulawesi Selatan tentu akrab pada namanya.
Kiprahnya di organisasi kepemudaan tidak terbantahkan. Jujur, amanah, dan ramah.
Kini, lelaki kelahiran Desa Sanjai di ujung timur Kabupaten Sinjai, Elli hendak merentangkan sayap lebih lebar dan mengangkasa lebih tinggi.
Ia membidik satu kursi senatorDewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia.
Anak muda yang lahir di kampung ini, yang tumbuh di keluarga sederhana ini, yang sejak kecil menjadi tukang gembala kambing, sejak kecil diperkenalkan pada hidup yang pantang menyerah dan putus asa. Dari sana pula bermula bakat pemimpin mengalir di dalam darahnya.
Ia adalah cucu dari Kattek Palanro atau Kattek Saloko, yakni Petta Lolo bin Karaeng Langkasa. Beliau adalah tokoh masyarakat ternama pada zamannya.
Elli menimba ilmu dari pesantren ke pesantren. Mula-mula di Pesantren Darul Hikmah Lenggo-Lenggo Sinjai, lalu ke Darul Huffadz 77 Bone, terus Darussalam Sinjai, kemudian ke Darul Istiqomah Bongki Sinjai Utara, hingga menamatkan pendidikan menengahnya di salah satu pesantren di Kabupaten Barru. Tidak heran jika ia dijuluki luaran pesantren ke pesantren.
Dari OSIS ke Presiden Mahasiswa
Semasa menimba ilmu selaku pelajar, ia mengasah diri untuk berorganisasi.
Bakat menjadi pemimpin pun terlihat. Ia dipercaya menjadi Ketua OSIS di sekolahnya. Lalu, didaulat menjadi Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Barru.
Maka, mulailah kemampuan bekerja sama dan kepemimpinannya mencuat. Pada 2012, ia dipercaya sebagai Ketua Umum Pimpinan Wilayah IPM Sulawesi Selatan. Ia menakhodai organisasi pelajar terbaik di Indonesia untuk level Sulawesi Selatan.
Kiprahnya semasa pelajar terbawa sewaktu mahasiswa. Pertarungan menjadi Ketua Umum BEM Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar sukses ia menangi.
Ia bahkan membawa BEM Fakultas Agama Islam menjadi salah satu BEM yang aktif dan menggaungkan nama baik fakultasnya.
Elli tidak berhenti menjadi pemimpin di BEM Fakultas belaka. Ia terbang lebih tinggi. Ia dipercaya memegang tampuk tertinggi kepemimpinan mahasiswa di kampusnya. Ia didaulat menjadi Presiden Mahasiswa Unismuh Makassar.
Lain organisasi kampus lain organisasi kepemudaan. Amanat selaku Ketua Umum BEM Fakultas dan Presiden Mahasiswa ia jalankan dengan baik, kendati pada saat yang sama ia menjabat Ketua PIKOM IMM FAI Unismuh Makassar. Ia bagai kata peribahasa: sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui: sekali bekerja untuk khalayak, dua-tiga organisasi berhasil ia pimpin.
Dari Presiden Mahasiswa ke Pemimpin Pemuda
Elli, anak muda yang murah senyum ini, pada masanya, adalah salah satu peserta terbaik DAM se-Indonesia Timur.
Hanya saja, ia tidak dapat meneruskan karier di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Bukan karena enggan, melainkan karena pada saat yang sama ia mengomandani PW IPM Sulawesi Selatan.
Kemampuannya berorganisasi, kepemimpinannya di dunia kemahasiswaan, dan kiprahnya yang mentereng menjadikannya sebagai tokoh mahasiswa yang disegani.
Meski begitu, ia tidak berpuas diri. Ia ingin terus berbakti. Jejaring ia jalin segala arah. Pada 2016, berbekal kemahirannya berinteraksi dan berkomunikasi, Elli berhasil meyakinkan tokoh-tokoh pemuda se-Sulawesi Selatan. Ia diberi amanat baru: Sekretaris DPD KNPI Sulsel 2016‒2019.
Lagi-lagi rekor baru. Ia masih amat muda, usianya belum 30 tahun, tetapi Elli sudah memimpin organisasi kepemudaan terbesar di Sulawesi Selatan.
Prestasi gemilang. Tidak banyak pemuda di Sulawesi Selatan yang bisa berada pada posisi tersebut dalam usia semuda itu.
Amanat berbakti kepada khalayak terus datang. Setelah menjadi Sekretaris DPD KNPI Sulawesi Selatan, ia ingin membaktikan dirinya pada organisasi kekaderan pemuda, yaitu Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Ia yakin, sangat yakin, mampu memimpin PW Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Maka, majulah Elli menjadi kandidat Ketua Umum PW Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Kala itu, Musywil Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan digelar di Kota Parepare.
Ia kandidat termuda. Ia kader termuda. Namun, jejak dan kiprahnya sudah terbukti. Walhasil, ia terpilih lagi. Kali ini memimpin PW Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Jabatan yang masih ia pangku hingga saat ini.
Semasa menjadi pelajar ia pemimpin, semasa mahasiswa ia pemimpin, semasa aktif di organisasi kepemudaan ia pemimpin. Elli berhasil melewati tiga jenjang periode kepemimpinan dengan matang. Bukan sekadar nimbrung, bukan sekadar ikut, ia tegak berdiri di barisan terdepan.
Proses tidak pernah mengkhianati hasil. Jadilah Elli sekarang sebagai tokoh pemuda di Sulawesi Selatan.
Dari Pemimpin Organisasi ke Penopang Gubernur
Semasa menimba ilmu selaku pelajar, Elli lulus dengan nilai akademik terbaik. Saat mahasiswa strata-1 pun begitu. Ia bahkan menjadi mahasiswa berprestasi yang mampu menyelesaikan program studi S-1 pada dua jurusan berbeda.
Tatkala melanjutkan pendidikan S-2 di bidang Pendidikan Islam, Elli lagi-lagi menuai prestasi. Ia menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Terbaik.
Itu sebabnya ia bisa dan dipercaya menjadi dosen di Unismuh Makassar. Sekarang, ia adalah Wakil Dekan III Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Prestasi Elli tidak terhenti di situ. Kran kecendekiaannya terus terbuka. Beasiswa S-2 Kemenpora ia terima. Gelar magisternya tak tanggung-tanggung.
Perencanaan Pengembangan Wilayah Konsentrasi Manajemen Kepemimpinan Pemuda di Universitas Hasanuddin Makassar. Hanya 30 mahasiswa dari Sulawesi Selatan yang menerima beasiswa itu.
Atas pengalaman dan prestasinya itulah sehingga Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, memanggilnya dan memberikan amanah sebagai Tenaga Ahli Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan Bidang Kepemudaan. Atau, TA TGUPP.
Ia satu-satunya anak muda di Sulawesi Selatan yang duduk sebagai TA TGUPP.
Ia satu-satunya anak muda yang mendampingi Gubernur Sulawesi Selatan dalam membangun di bidang kepemudaan di Sulawesi Selatan.
Dari Makassar ke Senayan
Berbekal pengalaman hidup semasa kecil—yang memperkenalkannya pada tabiat pantang menyerah, berbekal pengalaman semasa remaja—yang mengasah jiwa kepemimpinan dalam dirinya, berbekal pengalaman semasa mahasiswa—yang menguatkan dirinya, serta berbekal kepemimpinannya di dunia kepemudaan—yang menabahkan dirinya, ia kini hendak menjadi jembatan aspirasi publik.
Elli berniat ke Senayan. Ia ingin bertarung sebagai calon senator. Ia ingin maju mewakili Sulawesi Selatan di DPD RI. Ia bertarung di Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Selatan.
Kabar hebohnya, ia satu-satunya calon senator dari kalangan generasi milenial. Ia satu-satunya anak muda.
Usianya baru 34 taahun. Bukan hanya itu. Ia satu-satunya kader Muhammadiyah yang maju bertarung demi Sulawesi Selatan.
Karena Elli satu-satunya kader Muhammadiyah, sebagai kandidat anggota DPD RI Dapil Sulawesi Selatan, ia sudah mengantongi restu sekaligus rekomendasi dari Keluarga Besar Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Ia yakin akan dukungan penuh warga Muhammadiyah bisa mengantarnya ke satu kursi senator di Senayan.
Anak muda yang tangguh ini, suami dari dr. Hj. Wihda Wahyuni ini, sangat yakin bahwa ia mampu mewakili masyarakat Sulawesi Selatan di Senayan. Jika ia diberi amanah, jika ia ia terpilih, akan ia hibahkan baktinya untuk kemajuan masyarakat Sulawesi Selatan.
Apa pun hasilnya, entah lolos entah tidak, ikhtiar sudah dijalani. Sekarang giliran rakyat yang memilih.
Dan, garis tangan yang ditakdirkan Tuhan sebagai penentu. Elli, anak muda yang amanat ini, hanyalah orang biasa yang akan melakukan hal yang luar biasa.
Bismillah. Anak muda bisa tonji, anak muda mampu tonji. Elli siap bertarung, Elli siap dipilih, Elli siap menjadi jembatan harapan rakyat Sulawesi Selatan. Sekali lagi: Bismillah. (*)