IDEAtimes.id, PALOPO – Ketua DPRD kota Palopo Darwis buka suara soal keributan yang terjadi saat menerima aspirasi pengunjuk rasa di kantor DPRD.
Keributan tersebut terjadi saat aksi memperingati Hari Buruh Internasional, Kamis, 1 Mei 2025 kemarin oleh aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Dalam aksi itu, puluhan mahasiswa membawa sejumlah tuntutan untuk disampaikan di DPRD Palopo kemudian diteruskan ke pusat.
Darwis mengatakan, awalnya semua berjalan dengan baik saat para pengunjuk rasa mulai berdatangan.
“Jadi awalnya itu mahasiswa ini datang demo, minta masuk kita terima tapi kita sampaikan perwakilan saja lima orang, kita kasi masuk mi siapa yang paling kita percaya tapi mereka tidak mau. Akhirnya semuanya masuk.” ungkap Darwis saat dihubungi, Selasa, (06/5).
Kata Darwis, saat sudah berada di dalam ruangan, para pengunjuk rasa mulai menyampaikan maksud dan tujuannya berdemonstrasi.
“Saat didalam, kita mulai dengar aspirasinya, mereka bicara menyampaikan pendapat hingga kita sudah mau terbitkan rekomendasi, jadi sudah mau selesai, tiba-tiba ada yang minta lagi bicara 1 orang.” ucapnya.
“Nah dia bicara menjelaskan bahwa DPRD ini bobrok, apalah, kita terima yah namanya kritikan biasa saja tapi tiba-tiba diujung kata dia langsung bilang “What The Fu*k” wah saya kemudian bereaksi bilang apa maksudnya bicara begitu.” tegasnya.
Politisi NasDem itu kemudian mempertanyakan maksud dan tujuan dari mahasiswa tersebut menyebutkan kata itu.
Mengingat lanjut Darwis, kata tersebut bukan kata yang baik dan tidak boleh digunakan.
“Saya juga tanya tolong tarik kata-kata itu, minta Maaf tapi tidak mau, jadinya semua anggota dewan yang ada disitu juga mulai geram. Itulah yang membuat saya pukul meja karena (bahasa) itu,” jelasnya.
“Saya sampaikan saya ini lama ikut sama orang kulit putih, bahasa seperti itu sakral bagi mereka dikeluarkan, akhirnya batal itu rekomendasi karena sudah ribut.” tandasnya. (*)