IDEAtimes.id, MAKASSAR – Pengurus Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu Raya (PB IPMIL RAYA) menanggapi tegas berbagai tuduhan yang menyudutkan organisasinya terkait sejumlah aksi kekerasan di beberapa kampus di Kota Makassar.
PB IPMIL RAYA menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar dan merupakan upaya pengalihan isu dari tindakan sekelompok oknum yang diduga melakukan kekerasan dan provokasi.
Ketua Umum PB IPMIL RAYA, Abd. Hafid, menyebut bahwa sejumlah narasi yang beredar menyebut organisasi mereka sebagai pelaku tanpa bukti, padahal pelaku sesungguhnya tidak pernah diidentifikasi secara resmi.
“Lucu sekali ketika mereka menyebut pelaku sebagai OTK (Orang Tak Dikenal), tapi justru menyebut IPMIL secara langsung. Ini adalah bentuk manipulasi informasi yang mencederai logika publik,” ujar Hafid, Minggu, (27/7).
Selain itu, PB IPMIL RAYA juga mendesak Kapolrestabes Makassar untuk segera menindak tegas berbagai pelanggaran hukum yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir,.
“Termasuk penangkapan terhadap kelompok tidak dikenal yang membawa senjata tajam dan menyebar ancaman terbuka.” katanya.
Penertiban dan penindakan atas penyebaran spanduk bermuatan ujaran kebencian dan ajakan kekerasan serta, pengusutan tindakan penyisiran di kampus yang dianggap melanggar hukum dan mengganggu ketertiban akademik.
PB IPMIL RAYA juga menyebut bahwa tindakan tersebut melanggar sejumlah regulasi, di antaranya:
Pasal 2 Ayat (1) UU Darurat No. 12 Tahun 1951 tentang larangan membawa senjata tajam tanpa izin,
Pasal 160 KUHP (UU No. 1 Tahun 1946) tentang larangan menghasut masyarakat untuk melakukan kekerasan.
“Aksi provokasi dan teror terbuka di ruang publik serta lingkungan kampus merupakan ancaman serius terhadap moral pendidikan dan ketertiban umum,” ujar Hafid.
Makassar Milik Bersama, Bukan Milik Kelompok Kekerasan
Kata Hafid, PB IPMIL RAYA dengan menolak tegas pelabelan negatif terhadap organisasinya.
PB IPMIL RAYA menyatakan bahwa mereka adalah organisasi independen dan intelektual yang telah aktif selama puluhan tahun dalam pengembangan pendidikan dan kepemudaan di Tana Luwu serta Sulawesi Selatan.
“Menyamakan IPMIL RAYA dengan kelompok kriminal adalah pelecehan terhadap sejarah dan identitas organisasi kami,” tegas Hafid.
Laporan Resmi Sudah Dimasukkan, Belum Direspons Aparat
PB IPMIL RAYA juga telah melaporkan insiden kekerasan yang mereka alami secara resmi kepada pihak kepolisian dengan rincian:
Tanggal: 25 Juli 2025
Nomor Laporan Polisi: LP/B/1320/VII/2025/SPKT/PolrestabesMakassar/Polda Sulawesi Selatan
Namun hingga saat ini, belum ada tindakan nyata dari pihak kepolisian. IPMIL RAYA mempertanyakan sikap aparat yang dinilai pasif dan tidak responsif terhadap pelaporan tersebut.
Mereka juga menyebut adanya kelompok yang mereka identifikasi sebagai “Komunitas Kelompok Bermotor (KKB)” yang kerap melakukan intimidasi di kampus dan membawa atribut.
Hal ini menimbulkan tanda tanya besar terkait keberpihakan aparat, seolah ada pembiaran terhadap kelompok bertopeng yang membawa senjata tajam dan menyebarkan ajakan perang.
PB IPMIL RAYA menyebut kelompok ini sebagai KKB (Komunitas Kelompok Bermotor)
KKB ini menggunakan atribut kekerasan untuk mengintimidasi mahasiswa lain. Kami menyayangkan jika aparat justru terkesan melindungi pelaku, bukan korban.
Selain itu, PB IPMIL RAYA juga menyoroti penjemputan paksa dan penahanan mahasiswa.
PB IPMIL RAYA menyampaikan keprihatinan mendalam atas tindakan penjemputan paksa oleh aparat Jatanras Polrestabes Makassar terhadap sejumlah mahasiswa dan alumni IPMIL RAYA yang tinggal di Asrama Kijang, sekretariat resmi PB IPMIL RAYA.
Penjemputan tersebut dilakukan pada Jumat, 26 Juli 2025 sekitar pukul 09.00 WITA, tanpa disertai surat perintah yang sah dan dasar hukum yang jelas.
Hingga saat ini, sejumlah mahasiswa masih ditahan tanpa kejelasan status hukum.
“Kami mengecam tindakan ini sebagai bentuk penyalahgunaan kewenangan dan pelanggaran terhadap hak asasi mahasiswa. Mereka yang tinggal di Asrama Kijang adalah mahasiswa aktif dan alumni, bukan kriminal. Mereka tidak sedang melakukan pelanggaran hukum. Lalu apa dasar penangkapan dan penahanan ini?” tegas Hafid.
“Kami bukan kriminal. Kami bukan teroris kampus. Kami akan terus melawan provokasi dengan kepala dingin, dan menempuh jalur hukum terhadap segala bentuk ujaran kebencian dan fitnah yang mencemarkan nama baik organisasi kami.”
PB IPMIL RAYA mengajak seluruh mahasiswa, masyarakat, dan aparat keamanan untuk bersatu menjaga Makassar, menolak kekerasan, dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Provokator harus ditindak.
Moral pendidikan harus dijaga. Dan rasa aman mahasiswa harus dipulihkan. (*)