IDEAtimes.id, SIDRAP – Kisah pilu sebuah keluarga di Kabupaten Sidrap kembali menguji kepekaan sosial publik.
Pasangan suami-istri, Amir dan Asia, bersama anaknya, selama ini tinggal di sebuah gubuk panggung berukuran 3×3 meter.
Tanpa listrik, tanpa ruang penyimpanan layak, dan berdinding bahan bekas yang nyaris rubuh, keluarga ini menjalani hari-hari mereka dalam kondisi serba terbatas.
Video yang merekam kehidupan mereka viral di media sosial.
Dalam rekaman tersebut terlihat gelapnya ruangan, atap bocor, pakaian yang sekadar disusun di sudut ruangan, hingga suasana penuh keprihatinan yang menggambarkan betapa kerasnya hidup yang mereka jalani.
Viralnya video ini langsung mengetuk hati Rusdi Masse (RMS).
Tokoh yang dikenal dengan gerakan politik kemanusiaannya itu bergerak cepat tanpa menunggu laporan resmi.
Mendapat informasi dari unggahan warganet, RMS segera memerintahkan timnya menuju Kelurahan Biloka, Kecamatan Panca Lautang, Sidrap, untuk memastikan kondisi keluarga Amir dan Asia.
“Dari video call yang tersambung langsung dengan keluarga itu, terlihat jelas ada kepedihan tapi juga ada harapan.” kata Andi Hindi, Rabu, (19/11).
“Saat itu, Bapak RMS menyampaikan komitmennya untuk membangunkan rumah layak huni bagi mereka,” ujar Andi yang merupakan perwakilan RMS Community.
Tak ada protokol, tak ada panggung karya, semua dilakukan spontan untuk menjawab kebutuhan mendesak warga miskin ekstrem.
Gaya “politik kemanusiaan” RMS kembali terlihat: bergerak ketika kemanusiaan memanggil, bukan ketika kamera menyala.
Meski Amir dan Asia tercatat sebagai penerima bantuan non-tunai serta Program Keluarga Harapan (PKH), kondisi ekonomi mereka tetap jauh dari layak.
Sehari-hari, keduanya bekerja sebagai penggarap kebun milik majikan.
Penghasilan baru bisa didapat ketika hasil kebun dipanen dan dijual, sehingga pemasukan tidak menentu dan sering kali tidak cukup untuk kebutuhan harian.
Kini, dengan bantuan rumah layak huni dari Rusdi Masse, keluarga Amir dan Asia memiliki secercah harapan baru untuk keluar dari lingkaran kemiskinan ekstrem yang telah mereka hadapi bertahun-tahun. (*)