IDEAtimes.id, KUPANG – Angka kunjungan warga Indonesia berobat keluar negeri terus meningkat, tercatat hampir 2 juta orang setiap tahun dengan tujuan destinasi utama adalah Malaysia dan Singapura.
Hal ini bukan saja berdampak secara ekonomi tapi juga menjadi krisis kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan dalam negeri.
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh berbagai sumber, kepercayaan adalah salah satu faktor utama penyebab tingginya outflow pasien berobat ke luar negeri, sehingga menjadi penting bagi insan praktisi kesehatan serta pengelola fasilitas kesehatan untuk terus berbenah membangun budaya kerja sebagai software pelayanan.
Berangkat dari salah satu sudut pandang tersebut, dalam rangka membangun budaya kerja pelayanan, RSUP Ben Mboi menyelenggarakan Lokakarya penyusunan regulasi dan kurikulum diklat sebagai upaya mempersiapkan sistem tata kelola budaya kerja yang mengintegrasikan kearifan lokal Nusa Tenggara Timur yakni Atma Tola (saling menghargai), Atmaka Upab (saling menghormati), Atmaka Mnauba (saling menghargai) dalam meningkatkan kinerja di RS Ben Mboi yang dilaksanakan di aula utama RS Ben Mboi pada tanggal 9-10 September 2025.
Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 75 peserta yang terdiri dari para direksi, manager, asisten manager, komite-komite, kepala instalasi dan kepala unit.
Penyusunan regulasi ini dimaksudkan sebagai upaya internal untuk mengatur tata cara atau perilaku pelayanan agar seluruh pegawai RS Ben Mboi memiliki karakter SIGAP.
SIGAP selain bermakna cepat tanggap juga adalah akronim dari singkatan Santun, Inisiatif, Gesit, Andal, Peduli yang menjadi identitas karakter pegawai RS Ben Mboi dalam melayani.
Dalam lokakarya ini juga, disusun kurikulum diklat untuk melatih pengetahuan, keterampilan dan etika seluruh pegawai secara berjenjang, mulai dari kurikulum pelatihan agent of change yang disebut tim PIONIR (penggerak inovasi dan integritas rumah sakit), pelatihan middle leaders dan pelatihan dasar untuk seluruh staf.
Dalam pelatihan ini akan diberikan materi soft skill seperti managemen organisasi, problem solving, komunikasi efektif, membangun kerjasama tim, managemen konflik dan lain sebagainya sebagai bekal keterampilan bagi seluruh staf dalam memberikan pelayanan, diluar dari pengetahuan profesi masing-masing.
Dengan demikian diharapkan akan terbentuk perilaku pegawai yang sigap melayani.
Direktur utama RSUP dr Ben Mboi dr Annas Ahmad mengungkapkan bahwa budaya kerja adalah software yang harus menjadi poin utama dalam pelayanan kesehatan.
Menurutnya, budaya kerja adalah kunci utama dalam pelayanan karena pelayanan yang baik akan membangun kepercayaan masyarakat, sehingga tidak lagi harus jauh berobat keluar negeri.
“Bahkan justru sebaliknya, akan menyedot kunjungan dari luar negeri seperti di wilayah NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste,” ucapnya.(*)