IDEAtimes.id, MAKASSAR – Eight Festival And Forum atau F8 Makassar sukses digelar pada 24 hingga 28 September lalu di Parking Lot Trans Studio Mall (TSM).
Masuk dalam Top 10 Kharisma Event Nusantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, F8 ini dibuka langsung oleh Wakil Menteri Parekraf Ni Luh Enik Ermawati.
F8 sukses menghibur ribuan pengunjung yang datang dengan berbagai penampilan seni dan budaya serta konser musik dan pameran UMKM.
Namun, event berskala internasional tidak mendapat dukungan dari Pemerintah kota Makassar.
Menanggapi itu, Ketua KNPI Kota Makassar, Syamsul Bahri Majjaga, menyoroti sikap diam Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Wali Kota Munafri Arifuddin.
Menurut Syamsul, keberhasilan F8 bukan hanya milik pribadi atau kelompok tertentu, tetapi merupakan kebanggaan bersama masyarakat Kota Makassar.
Karena itu, sikap diam dan tidak adanya pengakuan dari pihak Pemkot dianggap mencerminkan minimnya jiwa kenegarawanan dan penghargaan terhadap karya anak daerah.
“Kalau memang kita bicara soal dukungan terhadap budaya dan pariwisata, seharusnya Pak Wali (Appi) tidak perlu malu mengakui bahwa F8 yang digelar oleh Danny Pomanto sebagai founder telah mengharumkan nama Makassar di mata dunia. Mengapa sulit mengucapkan selamat atas suksesnya sebuah event besar yang menjadi ikon budaya kita?” ujar Syamsul
“Tidak usah malu mengakui toh kegiatan ini bukan ajang kampanye, justru dengan kegiatan ini Wali Kota bisa makin memperluas jejaring di luar negeri sehingga memudahkan membuat event lebih besar.” tuturnya.
Syamsul pun menilai bahwa sikap diam Pemkot justru menimbulkan tanda tanya besar di publik.
“Apakah masih ada tendensi politik yang membuat apresiasi itu terasa berat diucapkan? Padahal, budaya mestinya menjadi ruang pemersatu, bukan ajang mempertajam perbedaan,” tambahnya.
Dalam pandangannya, KNPI Kota Makassar memandang budaya sebagai warisan yang harus dijaga bersama.
Ia mengingatkan pentingnya nilai-nilai lokal yang mengajarkan penghargaan dan saling menghormati.
“Orang Makassar punya falsafah ‘Siri’ na pacce’ — harga diri dan empati. Dalam budaya kita, menghargai keberhasilan orang lain adalah bagian dari menjaga siri’. Ketika seseorang berbuat untuk kota ini, seharusnya kita ikut bangga, bukan malah diam,” tegas Syamsul.
Syamsul menutup pernyataannya dengan mengajak seluruh elemen pemuda dan masyarakat Makassar untuk terus mengangkat nilai-nilai budaya dan solidaritas, di atas kepentingan politik sesaat.
“Makassar akan besar bukan karena satu figur, tapi karena kita bisa saling menghargai dan bekerja sama. Budaya kita adalah jiwa kota ini, jangan biarkan politik mengaburkan kemanusiaan dan kebersamaan kita,” pungkasnya. (*)