IDEAtimes.id, MAKASSAR – Badan Pengurus Wilayah (BPW) Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Sulawesi Selatan menggelar Dialog Nasional bertema “Konsolidasi PISPI, Sulsel Poros Pangan Indonesia Timur” di Hotel Swiss-Belinn Panakkukang, Makassar, sebagai rangkaian Musyawarah Wilayah (Muswil) III, Minggu, (19/10).
Kegiatan ini menjadi ajang konsolidasi gagasan antara akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan pertanian untuk memperkuat kemandirian pangan, hilirisasi komoditas, serta peran sarjana pertanian dalam pembangunan nasional.
Empat narasumber hadir dalam dialog tersebut, yakni Dr. Agus Ambo Djiwa (Koordinator Presidium BPP PISPI), Prof. Hatta Djamil (Ketua Umum BPW PISPI Sulsel 2019–2024), M. Arief A. Bisma (Dekan Fakultas Pertanian UKRI), dan R.S. Suroyo (Tenaga Ahli Menteri Pertanian Wilayah Timur).
Diskusi dipandu oleh Dr. Andi Rachmat Arfandy dari Universitas Muslim Maros (UMM).
Agus Ambo Djiwa menegaskan, pembangunan pertanian nasional saat ini sejalan dengan visi Asta Cita pemerintahan Prabowo–Gibran yang menempatkan kedaulatan pangan sebagai prioritas utama.
“PISPI harus menjadi jembatan antara riset, kebijakan, dan praktik pertanian. Kita ingin pertanian yang berdaulat, modern, dan menyejahterakan,” ujarnya.
Sementara Prof. Hatta Djamil menyoroti sejumlah tantangan pertanian nasional, mulai dari alih fungsi lahan, menurunnya minat generasi muda bertani, hingga ketimpangan akses modal dan teknologi.
“Negeri agraris sejati adalah negeri yang menyejahterakan petaninya. Kita harus mengembalikan seni bertani dan otonomi petani kecil agar mandiri di tengah arus globalisasi,” tegasnya.
M. Arief A. Bisma menambahkan, perguruan tinggi berperan penting dalam membangun ekosistem inovasi dan agripreneurship.
“Sarjana pertanian harus berjiwa wirausaha. Sinergi akademisi, pemerintah, dan dunia usaha menjadi kunci transformasi pertanian modern,” katanya.
Sedangkan R.S. Suroyo menegaskan komitmen Presiden RI Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan nasional melalui empat fokus utama: swasembada pangan, konsumsi bergizi, ketahanan energi berbasis biofuel, dan hilirisasi pertanian.
Ia juga memperkenalkan program Brigade Pangan yang melibatkan petani muda dalam pengelolaan 200 hektare lahan dengan potensi keuntungan hingga Rp2,5 miliar per musim tanam.
“PISPI adalah mitra strategis pemerintah dalam mempercepat transformasi pertanian menuju swasembada berkelanjutan,” ujarnya.
Seluruh narasumber sepakat bahwa Sulawesi Selatan memiliki potensi besar menjadi poros pangan Indonesia Timur.
PISPI pun berkomitmen memperkuat peran intelektual sarjana pertanian dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Sebagai penutup, Ketua Terpilih BPW PISPI Sulsel periode 2025–2030, Ir. Bahtiar Manadjeng, S.P., menyerahkan cenderamata kepada para narasumber sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dan pemikiran strategis mereka. (***)