IDEAtimes.id, MAKASSAR – Ulama dari berbagai wilayah Indonesia Timur berkumpul dalam acara Silaturrahim Munajat Santri dan Ulama Pesantren (SITARUPA).
Ajang silaturahmi ini digelar di Kafe Tedu, Tepi Waduk Borong, Antang, Kota Makassar, Kamis (23/10/2025) sore.
Acara yang diinisiasi Konsorsium Pesantren Bersaudara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional.
Kegiatan ini menjadi wadah silaturahmi bagi para ulama dan santri lintas daerah di Indonesia Timur.
Momentum tersebut juga dimaknai sebagai upaya mempererat ukhuwah Islamiyah.
Terlebih memperteguh komitmen santri dalam menjaga persatuan umat.
Ketua Umum Konsorsium Pesantren Bersaudara, H A Muh Nur Syahid, menyebutkan SITARUPA menjadi tonggak penting bagi gerakan kepesantrenan di kawasan timur Indonesia.
“Ini sejarah baru. Untuk pertama kalinya, pesantren lintas mazhab, lintas ormas, dan lintas afiliasi bisa duduk bersama dalam satu forum yang sejuk dan penuh kekeluargaan,” ujar Nur Syahid di sela kegiatan.
Menurutnya, Konsorsium Pesantren Bersaudara memiliki jaringan 840 pesantren yang tersebar di 11 provinsi Indonesia Timur.
Mulai dari Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Tengah (Sulteng), Sulawesi Barat (Sulbar), Sulawesi Tenggara (Sultra), Gorontalo.
Kemudian Maluku, Maluku Utara, hingga empat provinsi di Tanah Papua.
“Jadi, jaringan ini menyatukan berbagai elemen pesantren dari NU, Muhammadiyah, Hidayatullah, DDI, hingga pondok mandiri, tahfidz, dan pesantren bahasa Arab,” jelasnya.
Nur Syahid menegaskan, SITARUPA bukan sekadar perayaan Hari Santri.
Namun sebagai wadah memperkuat solidaritas dan kolaborasi antar-pesantren di kawasan timur Indonesia.
“Hari Santri bukan hanya tentang kebanggaan, tapi tentang panggilan untuk bersatu. Santri hari ini harus menjaga ukhuwah dan berkontribusi bagi bangsa dengan ilmu, akhlak, dan solidaritas,” ujarnya
Acara SITARUPA juga dihadiri Dr dr Hisbullah Amin.
Hisbullah adalah pendiri Pesantren Alam Indonesia sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas).
Hisbullah menyebutkan, SITARUPA menjadi langkah penting dalam memperkuat jejaring antar-pesantren di wilayah timur Indonesia.
Pertemuan seperti ini menurutnya sangat jarang terjadi
“Pesantren-pesantren di timur butuh ruang kolaborasi agar bisa saling menguatkan, baik dari segi pendidikan, kesehatan, maupun pemberdayaan masyarakat,” ujar Hisbullah.
Ia menambahkan, peran pesantren ke depan harus semakin inklusif, membuka diri terhadap kemajuan teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman.
“Pesantren harus menjadi poros keseimbangan antara spiritualitas dan kemajuan zaman. Di situ letak kekuatan santri,” tutupnya. (**)