IDEAtimes.id, MAKASSAR – Kota Makassar genap berusia 418 tahun pada Minggu (9/11/2025).
Di tengah gegap gempita perayaan ulang tahun yang dirangkaikan dengan event budaya, pesta rakyat, hingga konser musik.
Namun, perayaan itu mendapat kritik tajam datang dari kalangan pemuda yang menilai pemerintah kota terlalu larut dalam euforia, sementara realitas sosial masyarakat masih menyimpan banyak persoalan mendasar.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Makassar, Syamsul Bahri Majjaga, menyebut, peringatan HUT Makassar seharusnya menjadi momentum refleksi, bukan ajang pesta megah yang menghabiskan anggaran besar tanpa memberikan dampak langsung bagi warga.
“Usia 418 tahun adalah usia yang matang bagi sebuah kota. Tapi kematangan itu mestinya tercermin dalam kebijakan publik yang berpihak pada masyarakat kecil, bukan dalam panggung-panggung perayaan,” ujar Syamsul Bahri dalam keterangannya, Minggu (9/11).
Ia menyoroti masih banyaknya permasalahan sosial yang belum terselesaikan, mulai dari pengangguran muda, kemiskinan perkotaan, anak jalanan, hingga ketimpangan infrastruktur antarwilayah.
Di beberapa titik padat penduduk, lanjut Syamsul, kondisi sosial ekonomi warga bahkan tak menunjukkan perubahan berarti selama beberapa tahun terakhir.
“Cobalah lihat di kawasan pesisir dan permukiman padat. Banyak anak putus sekolah, lapangan kerja terbatas, dan fasilitas publik masih minim. Ini yang harusnya menjadi fokus refleksi pemerintah, bukan sekadar memoles kota dengan kegiatan seremonial,” tegasnya.
KNPI Makassar, kata Syamsul, menilai orientasi pembangunan selama ini masih elitis dan simbolik, belum menyentuh akar kebutuhan masyarakat.
Ia menilai pesta perayaan besar justru berpotensi menimbulkan kesenjangan persepsi publik terhadap kondisi riil warga di lapangan.
“Ketika sebagian warga sibuk berjuang memenuhi kebutuhan dasar, sementara pemerintah merayakan dengan pesta mewah, ada ketimpangan moral yang terasa. Pemerintah perlu hadir dengan empati sosial, bukan dengan pencitraan,” tambahnya.
Selain itu, KNPI juga menyoroti masalah ruang publik yang makin sempit, kemacetan lalu lintas, serta menurunnya kualitas lingkungan hidup di beberapa titik kota.
Menurutnya, wajah Makassar hari ini menggambarkan dinamika kota besar yang belum sepenuhnya siap menata pertumbuhan penduduk dan modernisasi.
“Makassar maju secara fisik, tapi tertinggal secara sosial. Di balik gedung-gedung baru, masih ada masyarakat yang hidup di rumah tak layak dan bekerja tanpa kepastian,” ujarnya.
Syamsul menegaskan, pemuda memiliki tanggung jawab moral untuk mengingatkan pemerintah agar pembangunan kota tidak kehilangan arah.
Ia juga menyerukan agar momentum HUT ke-418 dijadikan titik balik menuju tata kelola kota yang lebih manusiawi, inklusif, dan berpihak pada warga kecil.
“Refleksi jauh lebih penting daripada perayaan. Pemuda Makassar ingin melihat perubahan nyata, bukan hanya pesta kembang api,” tutupnya. (*),