IDEAtimes.id, Internasional ;- Slovenia menjadi negara pertama di Eropa yang mengumumkan pandemi virus corona berakhir, Jumat, 15/5/2020.
Pemerintah Slovenia melalui Perdana Menteri Janez Jansa mengatakan Slovenia mampu menjinakkan corona selama dua bulan terakhir.
“Slovenia berhasil menunjukkan epidemi selama dua bulan terakhir. Hari ini Slovenia memiliki gambaran epidemiologi terbaik Eropa.”Kata Janez Jansa.
Keputusan ini diambil setelah beberapa pejabat mengkonfirmasi jika kurang dari tujuh kasus baru setiap harinya selama dua pekan belakangan ini.
Bahkan Institut Nasional Kesehatan Masyarakat memperkirakan indikator negara itu menunjukkan penyebaran virus mereda dengan total 35 kasus tercatat selama 14 hari.
Jansa mengatakan bahwa masyarakat yang tiba di Slovenia dari negara Uni Eropa lainnya tidak lagi diwajibkan menjalani karantina. Namun karena masih terdapat risiko penyebaran infeksi, sejumlah pembatasan masih diterapkan.
Slovenia melaporkan kasus perdana COVID-19 pada 4 Maret 2020, dan hingga 13 Mei 2020 kemarin, kasus akibat Virus Corona mencapai hampir 1.500 kasus.
Slovenia, negara yang mempunyai penduduk sebanyak dua juta jiwa tersebut, memiliki kasus sebanyak 103 orang meninggal akibat Virus Corona.
Ketika pandemi Virus Corona yang berasal dari Wuhan, Tiongkok masuk ke daerahnya pemerintah Slovenia mengatakan warga asing yang mengalami gejala infeksi tidak akan diizinkan masuk ke negara tersebut.
Selain itu, pemerintah Slovenia juga menetapkan bahwa karantina selama 14 hari masih akan berlaku bagi mereka yang datang dari negara bukan Uni Eropa, dengan sejumlah pengecualian, termasuk diplomat dan para pengangkut kargo.
Setelah virus corona muncul di Kota Wuhan pada pertengahan pada Desember lalu, Virus Corona telah menjangkit ke sedikitnya 187 negara dan wilayah.
Eropa dan Amerika Serikat menjadi wilayah tertinggi di dunia yang paling parah terdampak.
Pandemi Virus Corona atau COVID-19 telah menelan lebih dari 285.900 korban jiwa di seluruh dunia, dengan 4,17 juta lebih kasus terkonfirmasi dan 1,45 juta pasien sembuh, menurut data yang dihimpun oleh Johns Hopkins University AS.***