IDEAtimes.id, MAKASSAR – Ilham Arief Sirajuddin (IAS) telah mantap memutuskan untuk pindah partai dari Demokrat.
Dari informasi yang dihimpun, IAS akan bergabung ke Partai lamanya yakni Golkar.
Berpindahnya IAS dari Demokrat bukan tanpa alasan. Dirinya berpindah setelah maju bertarung sebagai kandidat Ketua Demokrat Sulsel namun kalah oleh incumbent Ni’matullah.
Tak ingin dicap lupa daratan, mantan Wali Kota Makassar ini kemudian menulis surat untuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agus Haromurti Yudhoyono).
Sebagaimana diketahui, SBY merupakan mantan Ketua Umum Partai Demokrat dan kini dilanjutkan sang anak AHY.
Dalam suratnya, Ilham menjelaskan secara rinci alasan dirinya meninggalkan Demokrat yang selama ini dinilai berjasa baginya.
“Satu pekan terakhir, saya selalu berupaya mencari kesempatan & peluang bisa menemui Bapak SBY. Namun waktu & kesempatan belum terwujud sehingga saya memutuskan mewakilkan diri saya lewat tulisan ini.” tulis IAS mengawali surat eletroniknya yang diterima redaksi, Jumat, (27/5).
“Sebagai guru politik, orang yang saya tuakan, penting bagi saya menunjukkan rasa hormat kepada Bapak SBY. Sehingga dalam setiap momentum penting dalam hidup saya, tidak lengkap rasanya jika tidak menyempaikan kepada Bapak SBY lebih dulu.” lanjut suami dari Aliyah Mustika Ilham (AMI) anggota DPR RI Fraksi Demokrat.
Ia menegaskan, dirinya akan bergabung dengan Partai Golkar pada tanggal 29 Mei 2022 dengan keputusan yang sudah bulat.
“Insyaa Allah saya memutuskan untuk bergabung dengan Partai Golkar pada 29 Mei 2022 nanti. Keputusan ini bukan tiba². Tapi sudah melalui perenungan panjang. Dua bulan bukan waktu yang singkat, termasuk sepanjang Bulan Ramadhan lalu.” jelasnya.
“Saya bertafakkur, meminta petunjuk-Nya, & merenungi diri selama itu. Yang akhirnya menguatkan saya untuk memilih keputusan berlabuh ke Partai Golkar. Saya tidak pungkiri, keputusan pindah ini lebih besar dikarenakan saya gagal mendapat kepercayaan tim Tiga DPP Demokrat untuk memimpin Demokrat Sulsel.” urainya.
Diketahui IAS akan melakukan pemasangan jaket Golkar bersamaan dengan acara Halal Bihalal Partai Golkar Sulawesi Selatan, Minggu, (29/5/2022).
Berikut surat Ilham Arirf Sirajuddin untuk SBY dan AHY.
Yang Terhormat,
Bapak SBY & Mas AHY
Semoga kesehatan & kejayaan selalu menyertai Bapak sekeluarga.
Satu pekan terakhir, saya selalu berupaya mencari kesempatan & peluang bisa menemui Bapak SBY. Namun waktu & kesempatan belum terwujud sehingga saya memutuskan mewakilkan diri saya lewat tulisan ini.
Sebagai guru politik, orang yang saya tuakan, penting bagi saya menunjukkan rasa hormat kepada Bapak SBY. Sehingga dalam setiap momentum penting dalam hidup saya, tidak lengkap rasanya jika tidak menyempaikan kepada Bapak SBY lebih dulu.
Insyaa Allah saya memutuskan untuk bergabung dengan Partai Golkar pada 29 Mei 2022 nanti. Keputusan ini bukan tiba². Tapi sudah melalui perenungan panjang. Dua bulan bukan waktu yang singkat, termasuk sepanjang Bulan Ramadhan lalu.
Saya bertafakkur, meminta petunjuk-Nya, & merenungi diri selama itu. Yang akhirnya menguatkan saya untuk memilih keputusan berlabuh ke Partai Golkar.
Saya tidak pungkiri, keputusan pindah ini lebih besar dikarenakan saya gagal mendapat kepercayaan tim Tiga DPP Demokrat untuk memimpin Demokrat Sulsel.
Padahal dalam benak saya, kami telah berjuang & melakukan segala hal yang perlu dilakukan dalam upaya kembali memimpin Demokrat Sulsel lewat Musda itu. Kami telah membuktikan siap memberikan yang terbaik. Lewat program & penyiapan fasilitas permanen untuk Partai. Segala syarat manusiawi sudah kami penuhi untuk menang. Termasuk memenangkan pemilihan di Musda lalu.
Saya memahami bahwa apapun yang saya terima sudah merupakan Takdir Allah SWT. Termasuk soal gagal memimpin Demokrat. Tapi di balik takdir ini, pada dasarnya saya membutuhkan penjelasan rasional yang manusiawi. Penjelasan yang menunjukkan partai yang saya cintai ini adalah partai yang berjalan di atas rel demokratis yang sebenarnya.
Saya memahami aturan tentang Ketua terpilih pada akhirnya ditentukan oleh tim 3. Tapi penjelasan rasional mengapa saya ditolak oleh tim 3 DPP, sampai saat ini tidak pernah saya dapatkan dengan sempurna.
Padahal sebelum memutuskan maju pada Musda lalu, saya mendapat penjelasan yang begitu rasional dari BPOKK & Sekjen bahwa saya bisa bersaing dengan fair pada musda tersebut. Harapan yang awalnya sangat terbuka bagi saya itu ternyata menjadi belati yang menikam setelah mendengar keputusan akhir DPP.
Yang semakin menyulitkan saya, tidak adanya penjelasan rasional dari DPP setelah pengumuman itu membuat saya juga tidak punya jawaban rasional kepada publik Sulsel yang bertanya mengapa saya gagal memimpin Demokrat.
Jika saya digagalkan DPP karena pernah tersandung kasus hukum, bukankah kondisi serupa juga dialami ketua terpilih pada musda Sulawesi Utara. Saya melihat ini sebagai standar ganda.
Dari hal yang saya uraikan di atas, saya berkesimpulan bahwa pemimpin tertinggi partai ini di DPP, benar² sudah tidak menginginkan saya lagi untuk berjuang di Demokrat. Tidak mengizinkan saya lagi
meniti cita² politik ke depan lewat partai ini.
Atas nama cita² saya, saya membutuhkan organisasi di mana saya & cita² saya mengabdi di kancah yang lebih besar, bisa lebih dihargai.
Sulit membayangkan jika harus tetap berada dalam satu organisasi di mana para petingginya di pusat saya pahami sudah tidak menginginkan saya. Terlebih, setelah keputusan penunjukan, tidak ada upaya rekonsiliasi yang terlihat di segala tingkatan. Utamanya di tingkat DPD Demokrat Sulsel. Kenyataan ini semakin menguatkan rasa tidak dibutuhkan lagi. Di sisi ini, izinkan saya menegakkan harga diri. Siri’.
Bapak SBY & Mas AHY yang saya hormati.
Saya melepas baju Demokrat, tapi saya tidak pernah lupa bahwa beberapa momentum terbaik dalam hidup saya, telah saya lalui bersama Demokrat. Saya berterima kasih untuk semua itu.
Saya secara pribadi tidak akan sanggup melepas ikatan silaturahmi personal yang ada sebelumnya dengan Bapak & Mas AHY. Itu adalah kebanggaan personal saya.
Mohon doa & maaf saya yang tak terhingga.
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Dr. Ir. H. Ilham Arief Sirajuddin, MM.
(Iqbal/Ilh)