IDEAtimes.id, LUWU – Ratusan warga dari sejumlah desa di Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat dan Mahasiswa Bua (AMMB), memblokade Jalan Trans Sulawesi pada Sabtu (25/10/2025) sore.
Aksi yang berlangsung selama beberapa jam itu memicu kemacetan panjang dari empat arah dan membuat arus lalu lintas lumpuh total.
Aksi ini merupakan bentuk kekecewaan warga terhadap proses rekrutmen tenaga kerja di industri smelter nikel PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS).
Massa menilai perusahaan tidak transparan dan kurang memberi kesempatan bagi tenaga kerja lokal.
Menurut peserta aksi, sebagian besar pelamar asal Kecamatan Bua gagal di tahap seleksi administrasi.
Sementara itu, sejumlah pekerja lama yang telah mengabdi selama bertahun-tahun justru mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) secara mendadak.
Kepala Desa Padangkalua, Umi, yang turut memimpin aksi, menyebut langkah warga turun ke jalan merupakan bentuk protes terhadap kebijakan perusahaan yang dianggap tidak berpihak pada masyarakat sekitar.
“Hari ini kami turun karena merasa hak-hak rakyat sudah diabaikan oleh manajemen PT BMS. Kami hanya menuntut transparansi dan keadilan dalam proses rekrutmen,” ujar Umi di tengah orasi.
Ia mengungkapkan, dalam beberapa pekan terakhir, PT BMS dikabarkan telah memutus kontrak lebih dari 400 tenaga kerja, mayoritas berasal dari Kecamatan Bua dan sekitarnya.
“Pemutusan kontrak ini jelas menambah angka pengangguran di Luwu. Kami berharap para pekerja yang di-PHK bisa diprioritaskan kembali di pabrik baru yang baru saja beroperasi,” tambahnya.
Umi juga menyoroti kebijakan perusahaan yang dianggap tidak konsisten. Di satu sisi melakukan PHK massal, namun di sisi lain justru membuka lowongan kerja baru.
“Ini yang membuat warga kecewa. Harusnya mereka mengakomodasi masyarakat lokal yang sudah lama berkontribusi sejak masa konstruksi. Tapi kenyataannya, justru orang-orang luar yang lebih mudah diterima,” tegasnya.
Dalam aksi tersebut, massa menutup ruas utama Trans Sulawesi dengan membakar ban bekas dan berorasi di tengah jalan.
Asap hitam membubung tinggi, sementara aparat Polres Luwu tampak berjaga untuk mengamankan situasi dan mengatur arus kendaraan agar tidak terjadi bentrokan.
Umi menegaskan, aksi akan berlanjut jika manajemen PT BMS tidak segera merespons tuntutan warga.
Ia memberi waktu hingga awal pekan depan untuk membuka ruang dialog.
“Kalau tidak ada tanggapan resmi, Senin (27/10/2025) kami akan kembali turun ke jalan dan menggelar aksi di depan area pabrik. Kami ingin duduk bersama mencari solusi yang adil bagi tenaga kerja lokal,” pungkasnya. (*)