IDEAtimes.id, MAKASSAR – Satu warga asal Sulawesi Selatan Ahmad Abdul Rahim ditahan oleh kepolisian Jepang selama tiga bulan karena berkendara tanpa memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
Namun, Ahmad yang akan bebas 13 Oktober 2020 lalu meninggal dunia didalam tahanan sehari sebelum bebas.
Informasi yang dihimpun dari keluarga korban, dua hari sebelum dinyatakan meninggal dunia, Ahmad masih sempat menelpon keluarga dan Istri serta anaknya di Makassar.
Ahmad mengaku, ia dalam keadaan sehat wal afiat saat sedang bercerita bersama keluarga lewat telpon.
Tapi, sehari jelang kebebasan, Ahmad dinyatakan meninggal oleh pihak pemerintah Jepang.
Kakak korban, H. Sukiman kepada awak media mengaku pemerintah Jepang telah melakukan otopsi kepada jenazah adiknya itu.
Namun, hasil otopsi hingga saat ini belum dikeluarkan oleh kepolisian atau pun pemerintah Jepang dan bahkan dilakukan tanpa persetujuan keluarga.
“Kami sangat kecewa dengan pemerintah Jepang yang tidak bertanggungjawab terhadap almarhum sebab dia meninggal dalam pengawasan pemerintah Jepang.” ungkap H. Sukiman, Minggu, (15/11/2020).
“Almarhum meninggalkan dua anak serta Istri dimana yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah Jepang. Konsulat Jepang juga yang ada di Makassar tidak berguna sama sekali karena tidak mampu melindungi warga Sulsel yang ada disana.” katanya.
Sementara itu, Ketua SAPMA PP Makassar Husnul Mubarak menyayangkan pemerintah Provinsi Sulsel mendiamkan kasus ini.
Bahkan ia juga geram dengan tingkah konsulat Jepang yang ada di Sulsel yang menelantarkan mayat korban saat tiba di bandara Sultan Hasanuddin.
“Konsulat Jepang tidak menghargai kearifan lokal masyarakat Sulsel dengan menelantarkan mayat di bandara. Itu adalah kelalaian yang sangat fatal.” tegas Husnul.
“Kami bersama masyarakat pulau Lae-lae akan terus mengusut kematian Almarhum dan segera mungkin menggelar demonstrasi di konsulat Jepang terkait kasus ini.” tandasnya.(*)
