IDEAtimes.id, MAKASSAR – Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi membuka pendaftaran bakal calon anggota legislatif (caleg) DPR, DPRD dan DPD.
Pendaftaran bakal calon tersebut dibuka mulai Senin 1 Mei 2023 hingga 14 Mei mendatang.
Para partai politik (Parpol) yang dinyatakan lolos sebagai peserta Pemilu 2024 pun kini sudah merapikan berkas pendaftaran mereka.
Terkhusus di Sulawesi Selatan, hampir seluruh parpol didominasi caleg dari kalangan muda dengan umur kisaran 20-35 tahun.
Itu terlihat dengan banyaknya mantan aktivis, pengusaha yang merupakan anak muda mulai menebar flayer atau gambar untuk bertarung di Pileg 2024.
Pengamat politik Asratillah mengungkapkan ada beberapa alasan yang menjadi penyebab banyaknya anak muda mendaftar sebagai caleg.
“Bagi saya yang pertama, parpol akhir-akhir ini lumayan intens melakukan sosialisasi ke kalangan aktivis muda, dan merekrutnya sebagai anggota parpol bahkan mendaftarkannya sebagai caleg.” ungkap Direktur Profektik Institut ini, Senin, (8/5).
“Kemudian segmen pemuda bagi parpol merupakan hal yang strategis, terutama karena kapasitas pribadi yang mumpuni, mobilitas yang cukup tinggi dan jaringan pergaulan yang cukup luas.” jelas dia.
Yang kedua menurutnya adalah bahwa tidak bisa dinafikkan, jika jumlah pemilih dari segmen milenial cukup mendominasi.
Situasi demografis ini, kata Asratillah, tentu menjadi hal yang sangat penting dipertimbangkan oleh parpol ataupun politisi dalam memenangkan pemilu.
“Segmen milenial diandaikan akan lebih cenderung memilih caleg yang muda, sehingga para politisi yang tergolong muda cukup percaya diri mendaftarkan diri sebagai caleg dengan harapan mampu menyedot suara kalangan milenial.” bebernya.
“Begitu pula parpol akan berkepentingan merekrut caleg muda, dengan harapan meraih simpati pemilih milenial.” tambahnya lagi.
Ketiga, lanjut Asra, ekosistem kultural masyarakat saat ini memang menjadi semacam habitat yang kondusif bagi politisi yang bercitra muda.
“Dari beberapa riset yang pernah kami lakukan tentang citra ideal caleg menurut pemilih, maka citra muda seringkali berasosiasi dengan citra cerdas dan berkinerja tinggi. Hal ini ditambah lagi dengan budaya digital yang memang lebih mengendors citra muda sebagai citra ideal bagi seorang influencer termasuk yang berprofesi sebagai politisi.” tegasnya.
“Namun banyak hal lain yang menjadi pendorong pemilih menjatuhkan pilihannya, selain citra diri yanh dibangun para caleg, termasuk juga strategi komunikasi politik yang dibangun, ke solidan tim, standar-standar kebudayaan yang dipegang masyarakat, hingga rekam jejak pribadi ataupun partai politik.” tutup dia. (*)
