Kamis, Maret 13, 2025

Opini : Kesadaran Pemuda dan Kebangkitan Nasional

Terkait

IDEAtimes.id, OPINI –  Bangsa Indonesia telah lama terbelenggu dalam cengkraman imperialisme. Negeri kita begitu mudahnya dikuasai, karena “kita” masih berada dan berjarak dalam ruang eksklusivisme masing-masing daerah.

Tidak ada persatuan, karena masing-masing dari “kita” berjuang sendiri-sendiri untuk menegaskan martabat dan kedaulatan bangsanya dari segala macam bentuk rongrongan yang berusaha menguasai.

Dengannya, bangsa Asing yang butuh kekayaan negeri ini begitu mudahnya mengoyak bahkan menghancurkan kedigdayaan penguasa lokal.

Akhirnya, negeri ini terjerumus dalam kelamnya kolonialisme. VOC Belanda sebagai pemain tunggal yang berhasil mendikte bangsa kita cukup lama menjelma sebagai kekuatan asing yang merisaukan.

1908, rancangan yang dibangun atas imajinasi persatuan bangsa, muncul dari kepingan-kepingan sejarah masa silam yang begitu kelam, tidak berdaya diatas tanah airnya.

Kaum muda mulai gelisah dengan keadaan bumi pertiwi yang tak sanggup berdiri tegap diatas tanah airnya sendiri, dan berdaulat tanpa campur tangan bangsa lain.

Imajinasi persatuan itu hadir dari seluruh pelosok negeri. Dari Aceh sampai Ambon bersepakat mendeklarasikan ide persatuan dan kesatuan diatas tanah yang kelak bernama Indonesia.

Tersebutlah Dr. Wahidin Sudirohusodo, dokter Jawa yang mempunyai nasionalisme dan kepedulian teramat tinggi terhadap sesamanya.

Ia kemudian didaulat sebagai tokoh penting peletak dasar munculnya gagasan organisasi Nasional Budi Utomo.

Dr. Wahidin, tidak pernah mendefinisikan dirinya sebagai Jawa untuk Jawa. Tetapi dedikasinya untuk semua yang lahir dari tanah jajahan Hindia-Belanda.

Sesuatu yang ahsan, sebab dalam tubuhnya mengalir darah Makassar. Sebab Buyutnya adalah Karaeng Naba yang masih terjalin hubungan darah dengan Karaeng Galesong dari jalur Sultan Hasanuddin di Gowa.

Budi Utomo sebagai organisasi kaum muda yang lahir dari kesadaran kolektif, dibangun atas imajinasi Penderitaan rakyat yang berkepanjangan akibat penjajahan.

Kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit.
Dan munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan seperti Soetomo, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, dan
Dr. Douwes Dekker.

Sampai pada akhirnya, ide persatuan yang di deklarasikan pada 28 Oktober 1928 di Batavia menjadi momentum kebangkitan nasional yang dipelopori kaum muda dimana mereka bersumpah lahirnya bangsa dan bahasa persatuan di tanah “Indonesia”.

Sumpah pemuda berawal dari Kongres Pemuda Kedua. Gagasan Kongres ini berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, sebuah organisasi pemuda pelajar yang berasal dari seluruh Indonesia.

Rapat pertama, Soegondo menyampaikan gagasannya mengenai upaya memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Kemudian dilanjutkan oleh Moehammad Jamin mengenai arti dan hubungan persatuan dengan pemuda yang terdiri lima faktor yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan kemauan.

Pertemuan kedua pada Minggu 28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop.

Ada dua pembicara pada rapat ini, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro. Mereka menguraikan gagasannya bahwa anak sebagai generasi bangsa harus mendapatkan pendidikan kebangsaan dan keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah, anak-anak juga harus mendapatkan pendidikan dengan demokratis.

Terkhir dari perjalanan sejarah kaum muda, diadakan rapat ketiga di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat, Soenario mendeskripsikan pentingnya nasionalisme serta demokrasi selain gerakan kepanduan untuk membina kemandirian dan kedisiplinan anak-anak.

Akhirnya, identitas kedaerahan yang kaya dan beragam menyaatu dalam satu kebudayaan “berbahasa Indonesia”, sebagai alat pemersatu bangsa,

Sumpah pun dikumandangkan sebagai ikhtiar terwujudnya bangsa yang akan mengayomi seluruh rakyat bekas tanah jajahan Hindia-Belanda.

Gegap gempita yang baru saja menggelegar itu kemudian ditutup dengan lagu Indonesia Raya karya W. R. Soepratman yang disambut bahagia disertai tangis haru.

Begitulah, sejarah pada titik ini berhasil menggiring kita pada sebuah kesadaran kolektif untuk tetap berjuang melanjutkan kembali tradisi intelektual yang pernah dilakukan para pendahulu.

Paling tidak memori sejarah telah berpartisipasi menyajikan rekonstruksi kejadian masa lampau yang patut diapresiasi dan diteladani.

Oleh : Zulkifli Mappasomba

(Sejarawan AGSI, Pengurus KNPI Sulsel.)

spot_img
Terkini

Hadiri Bukber KKLR Sulsel, Wakil Wali Kota Aliyah Nikmati Makan Kapurung

IDEAtimes.id, MAKASSAR - Wakil Wali kota Makassar Aliyah Mustika Ilham (AMI) menyempatkan menghadiri buka puasa bersama pengurus BPW Kerukunan...
Terkait
Terkini

Hadiri Bukber KKLR Sulsel, Wakil Wali Kota Aliyah Nikmati Makan Kapurung

IDEAtimes.id, MAKASSAR - Wakil Wali kota Makassar Aliyah Mustika Ilham (AMI) menyempatkan menghadiri buka puasa bersama pengurus BPW Kerukunan...

Berita Lainnya