IDEAtimes.id, MAKASSAR – Sikap politik Wali Kota Makassar Danny Pomanto yang cenderung berubah-ubah menuai sorotan dari pengamat politik.
Danny Pomanto disebut saat ini tengah merasakan kegamangan atau khawatir jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Pasalnya, Danny yang sebelumnya merupakan kader NasDem mengaku siap memenangkan Capres Anies Baswedan.
Namun seiring berjalannya waktu, Danny memutuskan meninggalkan partai NasDem dan bergabung dengan PDI Perjuangan.
“Saya mencoba prediksi bahwa (Danny Pomanto) tengah (Gamang) karena pilihan dia keluar dari NasDem dan pindah ke PDIP untuk dapat lebih dekat dengan kekuasaan yang saat itu momen Jokowi dengan PDIP masih mesra – mesranya.” ujar Pengamat Politik Dedy Alamsyah, Minggu, (19/11).
“Apalagi kan terbukti DP juga masih menjabat sebagai Pembina Projo di sulsel. Dan sampai sekarang belum ada kejelasan apakah sudah mundur atau belum. Sebagai individu, kita tidak ada yang tahu. Negara juga sudah mengatur kebebasan memilih”. jelasnya.
Lantas kemana arah dukungan DP di pilpres ?
Menurut Dedy, DP mempunyai sikap acuh, cuek dan egois serta tidak memperdulikan orang lain sebagai seorang kepala daerah
“DP itu salah salah seorang kepala daerah yang punya karakter acuh, cuek, egois tidak memperdulikan pendapat orang lain terhadap apa yang dia putuskan. Kecenderungan dia untuk dukung Prabowo – Gibran yang sangat kuat, mengingat Jokowi masih presiden dan di zamannya pilpres berlangsung.” tegas CEO PT Duta Politika Indonesia itu.
“Apalagi ada anaknya Gibran berpasangan dengan Prabowo. Selain ingin dekat dengan kekuasaan, DP juga mencoba untuk mengamankan dirinya agar tetap nyaman dari semua kasus hukum yang di dugakan kepada dirinya.” tukasnya.
Apakah DP akan pindah partai ?
“Untuk kearah itu saya gak melihatnya karena terlalu banyak orang yang bakal dia hadapi. Bicara pilpres yah bicara parpol koalisi. Saya hanya menyatakan DP kecenderungannya pindah dukungan.” cetusnya.
“Soal balas budi dimata DP saya pikir semuanya pernah tahu kan gimana dia dengan pak IAS. Setiap perilaku seseorang kan bisa kita justifikasi dengan “yurisprudensi” kelakuan. Pernah tidaknya dia melakukan hal yang kita persangkakan.” tutupnya.