Rabu, Mei 1, 2024

Kementan – GEMPITA Gelar Sosialisasi Pembiayaan Pertanian di Bulukumba

Terkait
spot_img
spot_img
spot_img

IDEAtimes.id, BULUKUMBA – Kementerian Pertanian bekerjasama Gerakan Pemuda Tani Indonesia (GEMPITA) menggelar sosialisasi program pembiayaan pertanian dengan skema offtaker dan klaster untuk peningkatan produksi.

Kegiatan ini diikuti kepala desa, penyuluh pertanian dan petani dari berbagai wilayah di Kabupaten Bulukumba berlangsung 6 Januari 2024.

Direktur Pembiayaan Pertanian Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Indah Megahwati, M.P menjelaskan, fokus utama Kementerian Pertanian saat ini pada peningkatan produksi jagung dan padi untuk menjaga swasembada pangan.

Peningkatan produksi digambarkan jika lahan 1 hektare sebelumnya hanya menghasilkan 3 hingga 4 ton saja itu bisa menjadi 12 ton.

Tentu berbagai hal perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya yang benar, seperti memilih benih yang berkualitas, pemupukan yang tepat, perawatan yang baik, dan seterusnya hingga pada tahapan panen yang sesuai standar.

“Kita memang perlu berkomitmen bersama-sama dalam rangka meningkatkan produksi tentu selain budidaya yang baik juga diperlukan langkah strategis lainnya,” jelasnya.

Hasil pertanian harus memiliki pasar yang jelas sehingga peningkatan produksi ini dapat terdistribusi atau mencapai konsumen dengan lebih mudah.

Pasar efesien dapat membantu stabilitas harga sehingga petani bisa sejahtera dan masyarakat terpenuhi kebutuhan pangannya.

Sektor industri yang berhubungan dengan pengelolaan hasil-hasil pertanian juga perlu diperhatikan.

Dengan volume yang banyak, hasil pertanian mentah diubah menjadi produk yang siap konsumsi atau digunakan untuk memberikan nilai tambah.

“Misalnya jagung untuk menjadi pakan ternak, artinya tidak dijual pipil jagung atau apa, tapi diolah menjadi pakan ternak yang tentu harganya bisa lebih meningkat,” katanya.

Dalam langkah strategis lainnya, lanjut Indah Megahwati, petani harus memperhatikan kualitas dari produksi pertanian, misalnya kadar air yang harus sesuai keinginan pasar.

Petani juga mesti mempertimbangkan kontinuitas yakni bagaimana melakukan strategis agar dapat panen secara terus menerus, bukan musiman.

“Misalnya permintaan sudah tinggi, tentu akan diekspor. Nah ini harus terus menerus produksinya kalau bisa panen setiap hari. Makanya kita perlu pemetaan, misalnya daerah satunya yang panen, yang satunya menanam, yang lainnya menuju panen dan seterusnya,” tambahnya.

Untuk mencapai peningkatan produksi pangan, diperlukan pendukung seperti infrastruktur yang memadai.

Sarana dan prasarana dengan mekanisasi dan modernisasi. Pemerintah menargetkan 2045 Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.

Koordinator Nasional GEMPITA, Ibrahim Asnawi menjelaskan, dua hal yang menjadi prioritas pihaknya yakni pertama membantu pemerintah melakukan percepatan tanam sebagai langkah utama dalam swasembada pangan.

Kedua, optimalisasi lahan yakni tak ada lagi lahan yang tidur, tetapi semuanya harus dikerjakan dengan mekanisasi.

“Kalau kita berbicara swasembada pangan, yah semua lahan itu harus dikerjakan dengan baik,” katanya.

Lanjut Ibrahim Asnawi, memanfaatkan bonus demografi 2045, kita harus merangsang kaum muda untuk produktif.

Tidak lagi berbicara persoalan sektor-sektor yang lain tetapi fokus pada sektor pertanian yang menjadi pondasi kita.

GEMPITA mengajak anak muda untuk kembali bertani. Model pertanian yang ditawarkan tak lagi seperti dulu yang mengharuskan orang mencangkul sawah maupun dengan mekanisme panen secara manual.

“Kita sudah bisa pakai traktor, malah traktor sudah bisa pakai remot kontrol. Memupuknya juga sudah bisa pakai drone yang 1 drone kita itu sekali terbang bisa menampung 19 liter air,” katanya.

Tantangannya dalam pertanian modern lahan harus luas sehingga lahan tidur harus dioptimalkan.

Target dalam 3 tahun ke depan, Indonesia sudah swasembada. Hal ini untuk mengantisipasi ketika memasuki fase perang pangan, Indonesia sudah siap.

Petani Milenial, Zaenal Basri mengatakan, program pembiayaan pertanian dengan skema offtaker dan klaster untuk peningkatan produksi ini menjadi peluang baik bagi petani untuk lebih berdaya.

Terpenting, petani harus bekerjasama dan siap dengan pertanian yang modern sehingga petani juga dapat sejahtera.

“Petani selama ini dipandang sebelah mata karena banyak faktor, tapi dengan skema yang ditawarkan pemerintah, saya yakin akan banyak pemuda yang tertarik menjadi petani,”. (*)

spot_img
Terkini

Akbar Idris, Yatim Piatu – Warga Bulukumba yang Divonis 1,6 Tahun Usai Dilapor Bupatinya Karena Mengkritik

IDEAtimes.id, MAKASSAR - Solidaritas kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) seluruh Indonesia untuk Akbar Idris terus menggema. Khusus di Sulsel, ribuan...
Terkait

IDEAtimes.id, BULUKUMBA – Kementerian Pertanian bekerjasama Gerakan Pemuda Tani Indonesia (GEMPITA) menggelar sosialisasi program pembiayaan pertanian dengan skema offtaker dan klaster untuk peningkatan produksi.

Kegiatan ini diikuti kepala desa, penyuluh pertanian dan petani dari berbagai wilayah di Kabupaten Bulukumba berlangsung 6 Januari 2024.

Direktur Pembiayaan Pertanian Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Indah Megahwati, M.P menjelaskan, fokus utama Kementerian Pertanian saat ini pada peningkatan produksi jagung dan padi untuk menjaga swasembada pangan.

Peningkatan produksi digambarkan jika lahan 1 hektare sebelumnya hanya menghasilkan 3 hingga 4 ton saja itu bisa menjadi 12 ton.

Tentu berbagai hal perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya yang benar, seperti memilih benih yang berkualitas, pemupukan yang tepat, perawatan yang baik, dan seterusnya hingga pada tahapan panen yang sesuai standar.

“Kita memang perlu berkomitmen bersama-sama dalam rangka meningkatkan produksi tentu selain budidaya yang baik juga diperlukan langkah strategis lainnya,” jelasnya.

Hasil pertanian harus memiliki pasar yang jelas sehingga peningkatan produksi ini dapat terdistribusi atau mencapai konsumen dengan lebih mudah.

Pasar efesien dapat membantu stabilitas harga sehingga petani bisa sejahtera dan masyarakat terpenuhi kebutuhan pangannya.

Sektor industri yang berhubungan dengan pengelolaan hasil-hasil pertanian juga perlu diperhatikan.

Dengan volume yang banyak, hasil pertanian mentah diubah menjadi produk yang siap konsumsi atau digunakan untuk memberikan nilai tambah.

“Misalnya jagung untuk menjadi pakan ternak, artinya tidak dijual pipil jagung atau apa, tapi diolah menjadi pakan ternak yang tentu harganya bisa lebih meningkat,” katanya.

Dalam langkah strategis lainnya, lanjut Indah Megahwati, petani harus memperhatikan kualitas dari produksi pertanian, misalnya kadar air yang harus sesuai keinginan pasar.

Petani juga mesti mempertimbangkan kontinuitas yakni bagaimana melakukan strategis agar dapat panen secara terus menerus, bukan musiman.

“Misalnya permintaan sudah tinggi, tentu akan diekspor. Nah ini harus terus menerus produksinya kalau bisa panen setiap hari. Makanya kita perlu pemetaan, misalnya daerah satunya yang panen, yang satunya menanam, yang lainnya menuju panen dan seterusnya,” tambahnya.

Untuk mencapai peningkatan produksi pangan, diperlukan pendukung seperti infrastruktur yang memadai.

Sarana dan prasarana dengan mekanisasi dan modernisasi. Pemerintah menargetkan 2045 Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.

Koordinator Nasional GEMPITA, Ibrahim Asnawi menjelaskan, dua hal yang menjadi prioritas pihaknya yakni pertama membantu pemerintah melakukan percepatan tanam sebagai langkah utama dalam swasembada pangan.

Kedua, optimalisasi lahan yakni tak ada lagi lahan yang tidur, tetapi semuanya harus dikerjakan dengan mekanisasi.

“Kalau kita berbicara swasembada pangan, yah semua lahan itu harus dikerjakan dengan baik,” katanya.

Lanjut Ibrahim Asnawi, memanfaatkan bonus demografi 2045, kita harus merangsang kaum muda untuk produktif.

Tidak lagi berbicara persoalan sektor-sektor yang lain tetapi fokus pada sektor pertanian yang menjadi pondasi kita.

GEMPITA mengajak anak muda untuk kembali bertani. Model pertanian yang ditawarkan tak lagi seperti dulu yang mengharuskan orang mencangkul sawah maupun dengan mekanisme panen secara manual.

“Kita sudah bisa pakai traktor, malah traktor sudah bisa pakai remot kontrol. Memupuknya juga sudah bisa pakai drone yang 1 drone kita itu sekali terbang bisa menampung 19 liter air,” katanya.

Tantangannya dalam pertanian modern lahan harus luas sehingga lahan tidur harus dioptimalkan.

Target dalam 3 tahun ke depan, Indonesia sudah swasembada. Hal ini untuk mengantisipasi ketika memasuki fase perang pangan, Indonesia sudah siap.

Petani Milenial, Zaenal Basri mengatakan, program pembiayaan pertanian dengan skema offtaker dan klaster untuk peningkatan produksi ini menjadi peluang baik bagi petani untuk lebih berdaya.

Terpenting, petani harus bekerjasama dan siap dengan pertanian yang modern sehingga petani juga dapat sejahtera.

“Petani selama ini dipandang sebelah mata karena banyak faktor, tapi dengan skema yang ditawarkan pemerintah, saya yakin akan banyak pemuda yang tertarik menjadi petani,”. (*)

spot_img
Terkini

Akbar Idris, Yatim Piatu – Warga Bulukumba yang Divonis 1,6 Tahun Usai Dilapor Bupatinya Karena Mengkritik

IDEAtimes.id, MAKASSAR - Solidaritas kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) seluruh Indonesia untuk Akbar Idris terus menggema. Khusus di Sulsel, ribuan...

Berita Lainnya

spot_img