IDEAtimes.id, MAKASSAR – Mantan teroris dan juga terpidana kasus bom Bali I Ali Imron turut menanggapi kasus bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu, (28/3/2021) kemarin.
Ali Imron mengatakan, bom bunuh diri di Katedral Makassar bukan sesuatu yang hebat atau canggih.
“Kalau dikatakan canggih yah sudah tidak canggih itu karena gampang bikinnya itu.” ungkap Ali Imron, Senin, (29/3/2021) membuka dialognya di salah satu stasiun televisi.
“Jadi itu bukan canggih tapi yang terjadi adalah bunuh dirinya ini.” sebutnya lagi.
Ali menjelaskan, dirinya dua puluh tahun lalu melakukan pengeboman dibeberapa geraja dan kota di Indonesia.
“Dari pengalaman , yang saya tahu, dua puluh tahun lalu dibeberapa gereja dan Kota di Indonesia dan saya kebagian di Mojokerto, ini terulang lagi dan bahkan lebih memprihatinkan lagi karena dengan cara bunuh diri.” paparnya.
Sehingga, Ali mengatakan, jika saat ini sosialisasi terkait terorisme untuk masyarakat di Indonesia dinilai sangat kurang.
“Apa yang terjadi sebetulnya, sering saya sampaikan bahwa sosialisasi terorisme di Indonesia sangat penting sekali terhadap masyarakat, karena banyak masyarakat yang belum tahu tentang terorisme.” tegaa dia.
Bahkan, Ali mengaku, akibat dari kurangnya sosialisasi itu, saat ini masyarakat antri mendaftar untuk melakukan bom bunuh diri.
“Untuk aksi bom bunuh diri masih banyak yang rebutan untuk daftar, masyarakat nda usah heran, jadi yang perlu di antisipasi adalah bagaimana masyarakat tidak menuju sampai kesitu.” jelasnya lagi.
“Karena apa ?karena yang diniatkan adalah aksi jihad dan dianggap pahalanya besar dan mati syahid.” imbuhnya.
Ia juga membeberkan alasan dirinya bersama jaringannya melakukan pengeboman dua puluh tahun lalu di beberapa gereja.
“Kami mengebom gereja punya tujuan yaitu kejadian Ambon dan Poso bagaimana memberi teguran kepada umat Kristen atas kejadian itu.” tutup dia.(*)