IDEAtimes.id, MAKASSAR – Penemuan pencetakan uang palsu di Perpustakaan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar disesalkan pemerhati pendidikan.
Bachtiar Adnan Kusuma, Tokoh Pendidikan Sulsel dan Literasi Nasional mengatakan, dirinya sedih mendengar adanya pencetakan uang palsu di perpustakaan kampus.
“Kalau ditanya siapa yang paling bersedih atas kejadian kasus Uang Palsu di perpustakaan Syech Yusuf UIN Alauaddin, Samata Kabupaten Gowa, maka jawabannya adalah saya.” ungkap BAK akronimnya, Senin, (30/12).
“Selain karena selama ini saya melakukan kampanye kembali ke perpustakaan membaca, juga pelaku Uang Palsu di UIN Alauddin bergenre Kepala perpustakaan sekaligus seorang mantan petinggi organisasi profesi pustakawan di Sulawesi Selatan.” ucapnya.
BAK melanjutkan, kendati dirinya bukan profesional pustakawan Indonesia, namun selama ini ia akrab dan ikut serta terlibat langsung di panggung perpustakaan nasional maupun lokal di Sulawesi Selatan.
“Sebagai aktivis, penggerak, pelaku gerakan membaca dan menulis di Indonesia, terutama di Sulawesi Selatan, mendengar kejadian yang memalukan ini, apalagi terjadi di ruang perpustakaan, sejatinya pusat peradaban dan pusat ilmu pengetahuan justru dirusak dan diacak-acak oleh oknum yang mengaku pustakawan, tapi perilakuknya mengerdilkan profesi pustakawan sebagai profesi mulia, profesi bukan hanya di dunia, tapi lebih-lebih di akherat kelak.” tegasnya.
Dia menyebutkan, akan ada pertanyaan benarkah profesi pustakawan sebagai profesi mulia atau Profesi dunia dan akhirat
“Tapi saya yakin dan percaya profesi pustakawan adalah profesi mulia karena bukan hanya mengajak orang-orang datang ke perpustakaan membaca buku, tapi profesi pustakawan adalah profesi penjaga garda terdepan masa depan Indonesia. Kalau saja profesi pustakawan dimulai dari niat yang tulus semata-mata karena ingin mengantarkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang cerdas, pandai dan terampil, maka pahalanya bukan hanya dinikmati di dunia, tapi di akhirat kelak.” tuturnya.
Lanjut BAK, Pustakawan tak sekadar bermodal investasi niat semata, melainkan ia juga punya integritas.
Nilai-nilai dan semangat integritas inilah menjadi pilar kekuatan moral pustakawan agar mereka bisa berani karena jujur dan satu kata dan perbuatan.
“Kompetensi dan karya nyata menjadi dua pilar kekuatan pustakawan agar bisa berdaya saing dengan profesi lainnya.” bebernya.
Bachtiar juga mengutip Frans Kafka bahwa senjata melawan kebodohan adalah buku.